Siapa yang menyangka setelah seri terakhirnya, Beyond Thunderdome tiga
dekade lalu akhirnya kita bisa melihat kembali kebangkitan franchise Mad
Max. Bagi para penonton ‘tua’ yang sempat mencicipi trilogi Mad Max di
era kejayaan-nya pasti tahu persis bahwa saga sci-fi action
post-apocalyptic Australia garapan George Miller ini adalah salah satu
sajian action yang susah dilupakan. Ya, Mel Gibson muda dengan jaket
kulit, dunia distopia gersang serta kebut-kebutan di jalan raya dengan
parade kendaraan noraknya selamanya akan selalu menempel erat diingatan.
Pada akhirnya butuh waktu 30 tahun bagi George Miller untuk menghidupkan
masterpiece-nya kembali, 30 tahun yang penuh liku karena sejatinya ide
untuk meneruskan proyek baru Mad Max sudah ada sejak tahun 1998, tetapi
masalah demi masalah kemudian bermunculan menghalangi kelahirannya, dari
peristiwa terorisme World Trade Center 2001 lalu, kejatuhan dollar
Australia yang beimbas pada bengkaknya anggaran produksi, larangan
pemerintah Amerika untuk melakukan syuting di wilayah konflik Nambia,
perang Irak, gonta-ganti skrip yang berimbas kehilangan sang jagoan Mel
Gibson yang dianggap sudah terlalu uzur membawakn peran yang
melambungkan namanya itu.
Tetapi, here we are, setelah bertahun-tahun didera spekulasi tak jelas,
versi terbaru Mad Max yang diberi tajuk Fury Road pun hadir dengan
dukungan amunisi baru, dan George Miller yang kembali duduk di bangku
sutradara siap mengulangi kegilaan yang pernah dilakukannya 30 tahun
lalu.
Tom Hardy adalah Max Rockatansky yang baru di tandusnya Australia pasca
kiamat. Tidak banyak yang kita ketahui soal jagoan kita ini selain ia
adalah mantan polisi dengan masa lalu kelam yang sialnya, berada di
tempat dan waktu yang salah. Di tangkap dan dijadikan bank darah oleh
para War Boys dari klan bengis pimpinan Immortan Joe (Hugh Keays-Byrne),
Max kemudian terlibat dalam aksi kejar-kejaran skala besar yang
melibatkan pengkhiantan oleh Imperator Furiosa (Charlize Theron) dengan
War Rig-nya yang membawa serta ‘harta karun’ milik Immortan Joe.
Tidak pernah mudah mengulangi kesuksesan yang sama dengan film yang
sama, apalagi jika itu adalah franchise yang tertidur sangat lama.
Tetapi selalu ada pengecualian untuk kasus Mad Max: Fury Road. Pertama,
ia berada di tangan yang tepat. Ya, tidak ada yang lebih mengenal dunia
gersang dengan segala kekacauannya ketimbang sang kreator, George
Miller.
Sulit dipercaya setelah melihat apa yang terjadi di 120 menitnya di buat
oleh sutradara yang Maret lalu genap berusia 70 tahun. Kedua, Fury Road
punya budget raksasa yang berhasil dimaksimalkan penuh oleh Miller
dengan gaya dan ciri khas Mad Max yang kita kenal, brutal dan keras,
bersama polesan spesial efek modern termasuk pengunaan format 3D yang
maksimal. belum lagi dukungan cast-nya dengan nama-nama yang tak
main-main, hasilnya, Fury Road berhasil tampil menonjok keras semua
ekspektasi, menjadikannya film aksi terbaik 2015 sejauh ini yang membuat
action kejar-kejaran lain macam Fast & Furious 7 terlihat seperti balapan mobil-mobil RV.
Brutal, kotor dan gersang, dunia Mad Max versi modern tidak sesunggunya
berbeda jauh dengan para pendahulunya, termasuk dunia distopia masa
depan yang didominasi oleh tanah-tanah tandus, sistem sosial yang kacau
lengkap manusia-manusia terdegradasinya akibat perang nuklir di masa
lalu. Hanya saja kali ini naskah yang ditulis Miller bersama dua
koleganya, Brendan McCarthy dan Nico Lathouris mencoba tampil lebih
bermakna dengan segala elemen kemanusiaannya ketimbang meributkan
konflik energi dan kekuasaan seperti pendahulunya.
Digarap simpel namun sangat efektif, Miller tahu bahwa dalam pakem film
aksi narasinya tidak boleh sampai mendominasi action-nya, tetapi bukan
berarti naskahnya tidak diperlakukan dengan baik. Premisnya di reset
ulang, misi utama dari Fury Road ada pada keputusan karakter Furiosa
yang nekat membelot demi sedikit harapan akan masa depan yang lebih
baik. Furiosa jelas tahu konsekunsei dari perbuatannya yang melarikan
aset berharaga bosnya yang bengis itu. Pasukan Immortan Joe yang terdiri
dari banyak klan mematikan tentu saja tidak membiarkan Furiosa kabur
begitu Jadi yang kemudian terjadi di sepanjang film penontonnya akan
menjadi saksi cerita pelarian terbesar tahun ini. Melintasi padang pasir
rakasasa, bertahan hidup sembari mencari rumah baru demi kehidupan
lebih baik.
Elemen menarik yang pernah kamu jumpai di trilogi Mad Max lawas, kembali
disajikan Miller dengan konsep lama yang diperbaharui. Lihat saja
desain cyberpunk yang meliputi kostum, make-up, set dan lebih dari 150
lebih kendaraan-kendaraan tempur yang terlihat norak dan keren di saat
bersamaan yang mungkin sanggup membuat Tim Burton orgasme. Menariknya
lagi adalah mengetahui fakta bahwa setiap rig (kendaraan rakitan) di
Fury Road benar-benar adalah kendaraan asli yang benar-benar bisa
dijalankan, bukan sekedar CGI, hal ini jelas membuat setiap rangkaian
aksinya menjadi terasa lebih nyata, termasuk setiap ledakan dan tabrakan
logam-logamnya.
Berbicara soal aksi, Fury Road punya semua yang kamu butuhkan di sebuah
action movie kejar-kejaran. Cepat, menengangkan, seru dan indah. Ya,
setiap aspek aksi di Fury Road digarap dengan teknis luar biasa. Untuk
sebuah film yang bersetting padang gurun tandus, visual garapan John
Seale (Harry Potter and the Philosopher’s Stone, Prince of Persia: The Sands of Time)
tersaji begitu indah mengkap setiap laskapnya, Tidak hanya itu, kamera
Seale mampu bergerak dinamis menangkap setiap gesekan dan hantaman yang
terjadi dari setiap rig yang bersenggolan keras.
Sementara editing dari Margaret Sixel yang rapi dan detil membuat
penonton tidak pernah kehilangan satu pun momen berharganya, tidak
peduli seberapa cepat aksinya digenjot. Tidak sampai di situ, Miller
menaikan level aksinya lebih tinggi dari apa yang pernah dilakukan
sebelumnya, atau bahkan sineas lain pernah lakukan. Tensi ketegangan
terjaga dengan baik dari awal sampai akhir, elemen gore mampu berpadu
padang dengan setiap kegilaan berlebih dengan maksimal, sementara
dentuman scoring dari Junkie XL nyaris tidak pernah abses membuat
jantungmu berdebar kencang.
Karakterisasi dalam dunia Mad Max mungkin bisa dibilang sama pentingnya
dengan setiap sekuen aksinya. Alih-alih memberi setiap tokohnya latar
belakang yang kelewat panjang, Miller memilih untuk mempersingkatnya
dengan fragmen-fragmen masa lalu dan cerita-cerita yang keluar dari
setiap mulut tokohnya. Misalnya seperti jagoan kita, Max yang
bolak-balik dihantui masa lalunya. Menarik adalah melihat set waktunya.
Max sudah memiliki supercharged V8 yang berarti latarnya seperti berada
di antara dua sekuel awalnya, The Road Warrior dan Beyond Thunderdome,
masalahnya Miller tidak pernah benar-benar jelas memberikan detilnya,
membuat status Fury Road seperti mengambang, apakah ia sekuel, remake,
reboot atau kombinasi dari ketiganya?
Pada akhirnya kita tidak akan terlalu memperdulikan itu semua. Sementara
kita akan mengenal siapa Imperator Furiosa lebih dekat ketika film
mendakati akhir. Berbicara soal Furiosa, bisa jadi ia adalah karakter
terpenting di Fury Road, bahkan ironisnya jauh lebih penting dari
karakter Max sendiri. Entah karena narasinya memang membuat peran
Furiosa tampak lebih krusial, atau memang Tom Hardy sendiri tak mampu
memberikan pesona sekuat Mel Gibson dulu. Yang pasti, untuk sebuah film
yang terlihat banyak mengumbar banyak testoteron, Fury Road terlihat
lebih feminim ketimbang pendahulunya dengan dukungan supporting cast
hawa sebanyak itu, tetapi tenang saja, ia masih tampil sangat macho dan
bengis meskipun banyak ditumpangi paras-paras ayu. Sementara untuk
karkater antagonis, Fury Road punya Immortan Joe, pimpinan sekaligus
raja dari pada War Boys yang tidak pernah berhenti memberi teror dengan
penampilannya yang mengerikan diperankan oleh aktor Australia, Hugh
Keays-Byrne yang juga pernah menjadi villain utama di seri pertama Mad
Max 1979 silam.
link download
link 1
link 2
link 3
sub indonesia
A-ads
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
komen ah
-
Free Download & streaming movie at djimovie Gratis nonton film di djimovie Djimovie nonton dan download fil gratis.
-
Nonton Film Thunderbolts* (2025) Full Movie Streaming Subtitle Indonesia Sinopsis – Tim antihero yang tidak konvensional harus memulai mi...
No comments:
Post a Comment