Shaun (Justin Fletcher) dan teman-teman dombanya kembali harus melakukan
rutinitas mereka setiap hari, merasa cemas dibawah jadwal ketat yang
telah disusun oleh pemilik mereka, petani bernama Mr.X (John Sparkes).
Suatu ketika Shaun melihat sebuah iklan yang tertera pada bus yang
melintas di depan kandang mereka, dan dari sana muncul keinginan Shaun
untuk keluar dari aktifitas berulang-ulang yang membuat ia dan
teman-temannya bosan dan kesal. Shaun menginginkan hari libur, tapi
celakanya rencan yang telah mereka susun untuk dapat “menghindar”
sejenak dari Mr.X berakhir menjadi sebuah kekacauan yang lebih besar.
Dengan sebuah kelicikan Shaun dan teman-temannya berhasil membuat Mr.X
tertidur dan kemudian menaruhnya didalam sebuah caravan. Celakanya
karena guncangan yang kuat caravan tersebut lepas dan kemudian bergerak
dengan cepat dan liar menuruni bukit meninggalkan Mossy Bottom Farm dan
menuju Big City.
Situasi tersebut sesungguhnya menguntungkan Shaun dan teman-temannya,
tapi masalah lain muncul dari para babi yang berhasil terlebih dahulu
mencuri kesempatan untuk menguasai rumah. Bukan hanya Shaun yang kesal
tapi begitu pula dengan Bitzer yang kemudian ikut melakukan rencana lain
yang telah Shaun dan teman-temannya susun, membawa pulang Mr.X dari Big
City, kota yang ternyata telah bersiap menyambut mereka dengan masalah
lainnya.
Jika anda pernah menyaksikan Shaun the Sheep di televisi maka anda akan
tahu bahwa karakter didalam cerita tidak mengeluarkan sepatah katapun,
interaksi dilakukan lewat gumaman dan gerutu yang menariknya mampu
menggambarkan apa yang terjadi didalam cerita. Sesuatu yang telah
menjadi ciri khas Shaun itu yang kemudian dimanfaatkan dengan sangat
baik oleh dua sutradara, Richard Starzak dan Mark Burton, dimana mereka
berhasil memutar hal yang tampak seperti sebuah disadvantage tadi
menjadi senjata utama untuk membuat penonton terus menerus berjalan
riang bersama Shaun.
Dari konflik utama yang sederhana, kemudian ditemani dengan konflik
pendukung yang juga tidak mengganggu konflik utama, narasi sederhana
dalam gerak cepat, pada akhirnya ia memang tidak megah tapi Shaun the
Sheep Movie berhasil meninggalkan penonton dengan rasa sukacita. Shaun
the Sheep Movie ibarat sebuah boneka yang bukan hanya memiliki
penampilan menarik dan lucu tapi juga berhasil memberikan kelembutan
yang adiktif ketika anda mencoba menyentuhnya.
Ya, charming tapi juga chewy, dari bagaimana anda menyaksikan karakter
mondar-mandir tanpa dialog namun tidak pernah kehilangan ketertarikan
pada apa yang akan terjadi selanjutnya meskipun konsisten di sajikan
berbagai slapstick yang berhasil tampil dengan baik. Hal utama yang
menjadi kunci dari kesuksesan film ini adalah kemampuan Richard Starzak
dan Mark Burton dalam memanfaatkan momentum didalam narasi sederhana
yang mereka miliki, ada banyak ruang yang sengaja diciptakan untuk
memperpanjang sinopsis sederhana yang berhasil mereka eksekusi dengan
efektif dan praktis.
Sangat suka dengan kesan praktis yang mereka ciptakan, berani
menggunakan cara paling “bodoh” untuk kemudian menghasilkan absurditas
yang rapi dan menyenangkan. Ya, absurd tapi tersusun dengan rapi. Pintar
dalam memanfaatkan momentum dan kemudian menghasilkan dinamika cerita
yang penuh energi, Shaun the Sheep Movie terus menerus di pompa dengan
kuat meskipun disisi lain ia juga tidak pernah gagal ketika mencoba
mencairkan ketegangan dengan menggunakan humor klasik dan konyol yang
akan mengingatkan anda pada Mr. Bean.
Bagaimana caranya anda akan membenci segala materi sederhana dan klasik
itu ketika mereka mampu menjadikan bukan hanya cerita dan karater namun
anda sebagai penonton untuk terus bersemangat meluncur menuju garis
akhir. Ada fokus yang kuat, ada motivasi super sempit yang clear hingga
akhir dan berdiri kokoh di pusat, tapi disekelilingnya kita juga akan
menemukan momen-momen kecil yang mampu meninggalkan kesan menarik, dari
ruang operasi hingga salon kecantikan.
Tapi disamping keberhasilan yang mereka ciptakan di sisi narasi maupun
alur cerita salah satu faktor lain yang tidak dapat dilewatkan begitu
saja karena juga berhasil memberikan kontribusi yang sama besarnya
adalah karakter. Pencapaian yang di maksud disini bukan pada bagaimana
Richard Starzak dan Mark Burton berserta tim dibelakang mereka dalam
membentuk karakter secara fisik tapi secara pesona yang mereka
tampilkan, hal penting mengingat mereka tidak memiliki jalan untuk
membuat penonton terpesona dengan pesan yang mereka bawa lewat
perputaran dialog.
Hal serupa dengan apa yang terjadi di sector cerita hadir disini, kita
punya Shaun dan tim, Mr.X, serta Bitzer sebagai karakter utama yang
terus memegang kendali tapi ketika karakter pendukung muncul mereka
berhasil menciptakan ledakan tawa yang menyenangkan tanpa harus
mengganggu pesona dari karakter utama tadi.
Lantas apa kelemahan Shaun the Sheep Movie? Mungkin ini akan terasa aneh
tapi Shaun the Sheep Movie merupakan animasi yang terasa segmented. Ia
punya cerita yang sangat mudah dinikmati oleh penonton muda tanpa
menghasilkan distraksi bagi penonton dewasa, begitupula dengan lelucon
yang walaupun menampilkan absurditas yang gila namun tetap berada di
level “sehat” untuk dinikmati oleh semua umur. Tapi masalahnya adalah
hal tersebut akan bekerja dengan baik jika sejak awal anda telah klik
dan tertarik pada karakter dan cerita, dan jika yang terjadi adalah
kondisi sebaliknya maka tidak menutup kemungkinan film ini akan terasa
menjengkelkan.
Alasannya sederhana karena Shaun the Sheep Movie bukan animasi yang
menerapkan sistem dimana karakter dan cerita berkembang seiring
berjalannya durasi, ia satu tipe dengan Despicable Me, anda suka Gru,
Margo, Edith, Agnes, serta Minions sejak awal dan yang terjadi
selanjutnya adalah meluncur hingga akhir.
Overall, Shaun the Sheep Movie adalah film yang memuaskan. Sebuah
animasi stop-motion yang bukan hanya memiliki label semua umur sebatas
pada rating yang ia peroleh namun juga memiliki materi yang mampu
memikat dan membuat penonton di semua golongan umur untuk bergembira
bersamanya dalam gerak cepat yang tersusun dengan cermat. Dari masalah
sederhana, kemudian mondar-mandir bersama misi sederhana dengan fokus
yang kuat, ditemani dengan lelucon dan slapstick yang efektif, gerak
dinamis dipenuhi kejutan kecil yang manis, tampil menyenangkan dari awal
sampai akhir, tanpa pernah mencoba menjadi sebuah kemasan yang megah
Shaun the Sheep Movie berhasil meneruskan baton kesuksesan yang
diberikan oleh pendahulunya, The Pirates! In an Adventure with
Scientists. Well done Aardman!
link download
link 1
link 2
link 3
sub indonesia
A-ads
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
komen ah
-
Free Download & streaming movie at djimovie Gratis nonton film di djimovie Djimovie nonton dan download fil gratis.
-
Nonton Film Thunderbolts* (2025) Full Movie Streaming Subtitle Indonesia Sinopsis – Tim antihero yang tidak konvensional harus memulai mi...
No comments:
Post a Comment